JAKARTA, Fajarindonesia.com – Pidato Presiden Prabowo Subianto dalam peringatan Hari Lahir Pancasila, 2 Juni 2025, layak dicatat sebagai penanda dimulainya era baru dalam tata kelola negara. Pidato ini tidak bersifat simbolik atau basa-basi, melainkan tegas, lugas, dan sarat pesan moral serta politik yang kuat.
Presiden secara jelas mengajak bangsa untuk mengembalikan nilai-nilai luhur Pancasila sebagai dasar kehidupan berbangsa dan bernegara. Ia menekankan pentingnya memperbaiki diri dan sistem secara kolektif, dengan semangat gotong-royong serta keberanian untuk berbenah.
Pernyataan beliau sebagai mandataris rakyat yang akan memperbaiki semua perundang-undangan menjadi momentum penting. “Negara tidak boleh dipermainkan. NKRI tidak bisa ditipu,” tegasnya. Lebih dari itu, Presiden menyatakan bahwa negara akan bertindak. Siapa pun yang tidak setia kepada negara, yang melanggar undang-undang dan konstitusi, akan ditindak tanpa pandang bulu.
Di sinilah makna paling strategis dari pidato tersebut: sebuah seruan untuk bersih-bersih, baik dari praktik korupsi, penyalahgunaan kekuasaan, maupun pengkhianatan terhadap rakyat.
Namun pidato ini tidak boleh berhenti sebagai wacana. Ia harus ditindaklanjuti oleh seluruh instansi negara eksekutif, legislatif, yudikatif, hingga birokrasi dengan pembersihan internal yang nyata: melalui reformasi hukum, pemberantasan korupsi, dan penguatan lembaga penegak hukum.
BACA JUGA: Buka Ruang Tulis untuk Aktivis, Akademisi dan Korban Ketidakadilan
Apabila langkah-langkah tersebut direalisasikan secara konsisten, maka bangsa Indonesia benar-benar sedang membuka pintu gerbang menuju cita-cita besar: memetik buah dari bonus demografi. Karena hanya dengan sistem yang bersih dan adil, potensi sumber daya manusia Indonesia dapat tumbuh maksimal.
Pidato ini patut menjadi alarm sekaligus harapan. Alarm bagi para penyimpang kekuasaan. Dan harapan bagi rakyat bahwa masa depan Indonesia tidak akan lagi ditentukan oleh oligarki dan kepentingan sempit, tapi oleh semangat Pancasila dan supremasi hukum.
Kita semua, sebagai rakyat, punya peran untuk mengawal pidato ini agar tidak menjadi pepesan kosong. Sebab Pancasila bukan sekadar untuk dikenang tapi untuk diperjuangkan.
Oleh: Nurdin Taba
Pemerhati Sosial & Pemimpin Umum: fajarindonesia.com
Disclaimer: Tulisan ini adalah opini pribadi penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi secara institusional. Media ini berkomitmen menjadi ruang bebas berpikir dan berekspresi yang sejalan dengan prinsip demokrasi dan konstitusi.